Jumat, 02 Maret 2018

Cerpen Kaili Sulawesi Tengah



MATINYA SANG TADULAKO

Di Sulawesi Tengah, tepatnya di sebuah bukit. Ada sepasang kekasih yang tinggal. Rumah mereka, di kelilingi padang ilalang, padi – padian dan umbi – umbian hasilnya selalu melimpah pada musim panen. Namun, sudah bertahun – tahun kedua suami istri ini menikah. Tapi, sayangnya mereka belum juga dikaruniai anak, walaupun mereka sangat ingin memiliki anak.

Mereka berdua adalah kedua orang anak yang hubungannya tak di setujui, maka itu mereka lari dari rumah mereka. Saat mereka melarikan diri dari kampung mereka, disitu perang antar suku sedang berjalan akhirnya, mereka menetap di kampung doda.

Namun, biarpun mereka tidak di karuniai seorang anak mereka tetap berdoa kepada Allah SWT untuk dikaruniai seorang anak. Kata sang suami, sang istri bertanya kepada suaminya.
“Bagaimana, kalau sampai tua kita tidak di karuniai anak?”
Suami hanya diam di tanyakan seperti itu. Selama bertahun – tahun berdoa dan penuh ketabahan. Akhirnya, sang istri bisa mengandung. Kelahiran sang bayi, laki – laki itu membawa kebahagiaan untuk kedua pasangan itu. Anak itu di beri nama lengkatu wo, sang ayah berdoa agar kelahiran anaknya itu membawa suku Behoa ke dalam kesejahteraan.

Tahun, demi tahun berganti tak tera Lengkatuwo  beranjak semakin dewasa , sehingga sang ayah sering kali mengajarinya soal peperangan. Lengkatuwo sudah sangat pandai dalam menguasai ilmu peperangan dan hal ini ia buktikan dalam perang yang dialaminya tempat kelahirannya karena di serang oleh suku lain.

Pasukan yang di pimpin Lengkatuwo bisa mengalahkan suku lain yang menyerang suku mereka. Pada saat itulah Lengkatuwo di angkat menjadi pemimpin (Tadulako) bukan hanya untuk Lengkatuwo gelar (Tadulako) itu tapi untuk para suku Behoa. Maka disitulah suku Behoa terkenal di mana – mana.

Tadulako tidak hanya jago dalam berperang tapi juga jago berburu binatang liar, ia bisa menangkap semua binatang dengan tangan kosong. Sang Tadulako berjanji akan menyerang semua suku yang berani mencelakakan suku Behoa.
Keahlian Tadulako sudah tersebar ke semua kampong termaksud ke lembah bada. Suku bada mengundang sang tadulako untuk membantu suku bada dalam peperangan.

Sebelumnya ibu tadulako melarang tadulako untuk pergi tetapi tadulako kekeh untuk pergi. Tapi ibunya berpesan untuk cepat kembali kalau tugasnya selesai. Karena, Tadulako sudah memiliki tunangan di kampungnya.

Setelah berjam – jam di perjalanan akhirnya Tadulako sampai di bada, sesampainya di bada perang masih berkecamuk. Dan di Peperangan itu tadulako menjadi Pemimpin suku Bada dalam melawan suku Waebunta.

Kedatangan Tadulako menjadi kebahagiaan bagi suku Bada karena selalu mengalami kemenangan. Hingga peperangan terakhir, Tadulako tidak membunuh 1 Lawan karena, untuk membawa kabar untuk suku Waebunta bahwa mereka kalah.

Mendengar suku Waebunta kalah dalam peperangan. Karena, kedatangan sang Tadulako maka, raja Waebunta datang ke Suku Bada untuk perjanjian damai.

Saking lamanya di suku bada, Tadulako lupa untuk pulang ke tanah kelahirannya, maka salah satu rakyatnya suku Besoa untuk membawa Tadulako kembali. Saat kembali Tadulako di sambut dengan adat.

Beberapa hari kemudian sang kekasih Tadulako, memukul kepala Tadulako dengan lesung dan disitulah sang Tadulako, pergi untuk selamanya.

Saya Anita Terima Kasih.

1 komentar: