MATINYA SANG TADULAKO
Di Sulawesi
Tengah, tepatnya di sebuah bukit. Ada sepasang kekasih yang tinggal. Rumah
mereka, di kelilingi padang ilalang, padi – padian dan umbi – umbian hasilnya
selalu melimpah pada musim panen. Namun, sudah bertahun – tahun kedua suami
istri ini menikah. Tapi, sayangnya mereka belum juga dikaruniai anak, walaupun
mereka sangat ingin memiliki anak.
Mereka berdua
adalah kedua orang anak yang hubungannya tak di setujui, maka itu mereka lari
dari rumah mereka. Saat mereka melarikan diri dari kampung mereka, disitu
perang antar suku sedang berjalan akhirnya, mereka menetap di kampung doda.
Namun, biarpun
mereka tidak di karuniai seorang anak mereka tetap berdoa kepada Allah SWT
untuk dikaruniai seorang anak. Kata sang suami, sang istri bertanya kepada
suaminya.
“Bagaimana,
kalau sampai tua kita tidak di karuniai anak?”
Suami hanya diam
di tanyakan seperti itu. Selama bertahun – tahun berdoa dan penuh ketabahan.
Akhirnya, sang istri bisa mengandung. Kelahiran sang bayi, laki – laki itu
membawa kebahagiaan untuk kedua pasangan itu. Anak itu di beri nama lengkatu
wo, sang ayah berdoa agar kelahiran anaknya itu membawa suku Behoa ke dalam
kesejahteraan.
Tahun, demi
tahun berganti tak tera Lengkatuwo
beranjak semakin dewasa , sehingga sang ayah sering kali mengajarinya
soal peperangan. Lengkatuwo sudah sangat pandai dalam menguasai ilmu peperangan
dan hal ini ia buktikan dalam perang yang dialaminya tempat kelahirannya karena
di serang oleh suku lain.
Pasukan yang di
pimpin Lengkatuwo bisa mengalahkan suku lain yang menyerang suku mereka. Pada
saat itulah Lengkatuwo di angkat menjadi pemimpin (Tadulako) bukan hanya untuk
Lengkatuwo gelar (Tadulako) itu tapi untuk para suku Behoa. Maka disitulah suku
Behoa terkenal di mana – mana.
Tadulako tidak
hanya jago dalam berperang tapi juga jago berburu binatang liar, ia bisa
menangkap semua binatang dengan tangan kosong. Sang Tadulako berjanji akan
menyerang semua suku yang berani mencelakakan suku Behoa.
Keahlian
Tadulako sudah tersebar ke semua kampong termaksud ke lembah bada. Suku bada
mengundang sang tadulako untuk membantu suku bada dalam peperangan.
Sebelumnya ibu
tadulako melarang tadulako untuk pergi tetapi tadulako kekeh untuk pergi. Tapi
ibunya berpesan untuk cepat kembali kalau tugasnya selesai. Karena, Tadulako
sudah memiliki tunangan di kampungnya.
Setelah berjam –
jam di perjalanan akhirnya Tadulako sampai di bada, sesampainya di bada perang
masih berkecamuk. Dan di Peperangan itu tadulako menjadi Pemimpin suku Bada
dalam melawan suku Waebunta.
Kedatangan Tadulako
menjadi kebahagiaan bagi suku Bada karena selalu mengalami kemenangan. Hingga
peperangan terakhir, Tadulako tidak membunuh 1 Lawan karena, untuk membawa
kabar untuk suku Waebunta bahwa mereka kalah.
Mendengar suku
Waebunta kalah dalam peperangan. Karena, kedatangan sang Tadulako maka, raja
Waebunta datang ke Suku Bada untuk perjanjian damai.
Saking lamanya
di suku bada, Tadulako lupa untuk pulang ke tanah kelahirannya, maka salah satu
rakyatnya suku Besoa untuk membawa Tadulako kembali. Saat kembali Tadulako di
sambut dengan adat.
Beberapa hari
kemudian sang kekasih Tadulako, memukul kepala Tadulako dengan lesung dan
disitulah sang Tadulako, pergi untuk selamanya.
Saya Anita
Terima Kasih.
Salam.
BalasHapusLomiu tinggal dimaba ya?