Selasa, 06 Juni 2017

KESEHATAN MENTAL

·               GANGGUAN PERASAAN (MOOD DISORDER)
A.          DEPRESI
Kriteria depresi dapat ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya. Gejala dan tanda umum depresi adalah sebagai berikut:
§  Gejala Fisik
1. Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia)
2. Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas hobi atau aktivitas yang sebelumnya disukai.
3. Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan)
4. Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah pencernaan (diare, sulit BAB dan lain-lain), sakit lambung dan nyeri kronis
5. Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
6. Energi lemah, kelelahan, menjadi lamban
7. Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan
§   Gejala Psikis
1. Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus.
2. Rasa putus asa dan pesimis
3. Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya/tidak berguna
4. Tidak tenang dan gampang tersinggung
5. Berpikir ingin mati atau bunuh diri
6. Sensitive
7. Kehilangan rasa percaya diri
§   Gejala Sosial
1.   Menurunnya aktifitas dan minat sehari-hari (menarik diri, menyendiri, dan malas)
2.   Tidak ada motivasi untuk melakukan apa-apa
3.   Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan bunuh diri
      Gangguan perasaan (mood disorder) disebut juga gangguan afektif. Pengertian mood atau suasana hati mengacu pada emosi yang berlamaan mencakup perasaan murung maupun kegembiraan. Disebut gangguan mood karena terjadi ketidaknormalan dalam suasana hati yaitu berupa kemurungan hebat (depresi) atau kegairahan atau kegembiraan yang abnormal. DSM IV membedakan gangguan suasana hati ada dua, yaitu unipolar (satu kutub) dan bipolar (dua kutub).

1)      Kriteria Gangguan Unipolar
            Gangguan unipolar terdiri dari gangguan depresi utama (Major Depressive Disorder) dan Gangguan Dysthylania. Ciri yang menonjol dari gangguan Depresi Utama adalah suasana hati yang murung. Penderita mengalami gejala yang disebut “depressive triad” yaitu mempunyai pandangan yang buruk tentang diri sendiri. Diri sendiri dipandang tidak berharga, pengalaman sehari-hari dan interaksi sosial dianggap menyebalkan dan masa depan dipandang dengan pesimistis. Penderita merasa putus asa, tidak ada semangat dan apatis.
Dalam DSM IV dikemukakan paling sedikit harus ada 5 gejala atau lebih dan berlangsung minimal 2 minggu untuk memenuhi kriteria Gangguan Depresi Utama yaitu:
1.      Suasana hati murung sepanjang hari sebagaimana dilaporkan oleh penderita (merasa sedih atau hampa) atau dari observasi orang lain (terlihat menangis).
2.      Menurunnya minat dan kesenangan pada semua aktivitas secara mencolok.
3.      Menurunnya atau bertambahnya berat badan secara mencolok (lebih dari 5 persen dari berat badan dalam sebulan; berkurangnya atau bertambahnya selera makan).
4.      Mengalami gangguan tidur: insomnia (tidak bisa tidur) atau hipersomnia (terlalu banyak tidur).
5.      Agitasi atau meningkatnya psikomotor (misalnya tidak bisa duduk dengan tenang); retardasi atau melambatnya psikomotor (misalnya gerakan tubuh yang lambat).
6.      Merasa kelelahan atau kehilangan tenaga.
7.      Merasa tidak berharga atau merasa bersalah.
8.      Menurunnya kemampuan untuk berfikir, konsentrasi dan mengambil keputusan.
9.      Sering muncul pikiran ingin mati atau bunuh diri.

2)      Kriteria Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar terdiri dari gangguan Manic-Depresiv dan Gangguan Cyclotymia. Penderita bipolar yaitu Manic-Depresiv mengalami kegairahan yang ekstrem yang disebut episode mania bergantian dengan depresi hebat sebingga membentuk siklus emosi yang tidak bisa diramalkan (ibarat naik roller-coaster). Beda dengan gangguan unipolar diatas yaitu penderita mengalami depresi serius tanpa ada pergantian ke suasana hati kegairahan mania.
DSM IV memberikan kriteria episode mania sebagai adanya masa kegairah-an yang berlangsung lama yang terlihat dari 3 atau lebih gejala berikut:
1.    Menurunnya kebutuhan untuk tidur, misalnya merasa sudah beristirahat setelah  tidur 3 jam saja.
2.      Lebih banyak berbicara dari biasanya.
3.      Ide yang meloncat-loncat atau pikiran berkejaran.
4.      Perhatian mudah beralih ke hal lain.
5.      Peningkatan aktivitas dalam bidang sosial, pekerjaan, sekolah atau seksual.
6.      Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan namun berakibat buruk misalnya berfoya-foya, melakukan investasi bisnis yang merugikan.

·               GANGGUAN KECEMASAN (ANXIETAS DISORDER)
B.           Anxietas (kecemasan)
Kecemasan normal adalah adaptif. Ini adalah respon bawaan untuk ancaman atau tidak adanya orang atau benda yang menandakan keselamatan dapat menimulkan gangguan kognitif (khawatir) dan somatik (jantung berdebar-debar, berkeringat, gemetar, kedinginan, dan gejala lainnya). Kecemasan patologis adalah kecemasan yang berlebihan, merusak fungsi.
Secara umum, kriteria Kecemasan:
1.      Perasaan takut dan khawatir tentang sejumlah peristiwa/hal atau aktivitas
2.      Pasien sukar mengendalikan rasa khawatir tersebut
3.      Gelisah .mudah marah
4.      Mudah lelah, otot tegang
5.      Sukar konsentrasi, tidur terganggu (sukar, sering terbangun-bangun, tidur tak nyenyak)

1)      Gangguan Anxietas Menyeluruh (GAM)
Perasaan khawatir (cemas yang berat dan menyeluruh serta menetap (bertahan lama) dan disertai dengan gejala somatik (motorik dan otonomik) yang menyebabkan gangguan fungsi sosial dan fungsi pekerjaan atau perasaan nyeri hebat, perasaan tak enak. Kriteria tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dan sebagainya)
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan kembung, pusing kepala, mulut kering dan sebagainya).
Ciri-ciri: a) Penderita harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”).
b) Sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
2)        Gangguan Panik
Gangguan panik adalah kecemasan yang ditandai serangan panik spontan dan dapat berkaitan agorafobia (takut di ruang terbuka, di luar rumah sendirian atau dalam keramaian) dan disertai dengan kecemasan antisipatorik.
Kriteria: (a) Pada keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya
(b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situations) 
Ciri-ciri: (a) Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik.
(b) Untuk diagnosis pasti harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat (severe attack of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan
(c) Dengan keadaan yang relatif bebas dari dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara serangan anxietas pada periode diantara serangan-serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga “Anxietas antisipatoric” yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi.
3)      Gangguan Fobik 
 Ketakutan yg menetap hebat dan irrasional terhadap suatu objek, aktivitas atau situasi spesifik yg menimbulkan suatu keinginan mendesak untuk menghindari objek, aktivitas atau situasi yg ditakuti. Rasa takut itu diketahui oleh individu sebagai suatu yang berlebih atau secara proporsional tak masuk akal terhadap bahaya aktual dari objek, aktivitas atau situasi itu.
Kriteria: (a) Gejala psikologik perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif.
(b) Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutamaterjadi dalam hubungan dengan) setidaknya dua dari situasi berikut : banyak orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, bepergian sendiri dan
(c)  Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita menjadi “house bound”.
Ciri-ciri: (a)   Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri) yang sebenarnya pada saat kejadian itu tidak membahayakan
(b)   Kondisi lain (dari individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia) yang tidak realistik dimasukkan dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik)
(c)   Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa terancam.
4)      Fobia Sosial
Kriteria: (a) Gejala psikologis perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham dan pikiran obsesif.
(b) Anxietas harus mendominasi atas terbatas pada situasi sosial tertentu (outside the family circle)
(c)  Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol.
Ciri-ciri:   Rasa takut diperhatikan oleh orang lain dalam kelompok yang relatif kecil: makan di tempat umum, berbicara di depan umum, menghadapi jenis kelamin lain atau dapat bersifat difus, biasanya disertai harga diri rendah dan  takut di kritik.
5)      Fobia Khas
Kriteria: (a) Gejala psikologis perilaku atau otonomik yang timbul harus  merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham dan pikiran obsesif.
(b)  Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu (highly specific situations), dan
(c) Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
Ciri-ciri: Ketakutan berlebih terhadap binatang tertentu, tempat tinggi, petir, ruang tertutup, darah, naik pesawat, dan lain-lain.

6)      Gangguan Obsesi Kompulsif dan Gangguan Terkait
Kriteria: (a) Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut.
(b) Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas penderita.
Ciri-ciri: Ciri-ciri obsesif kompulsif  harus mencakup hal-hal berikut:
(a) Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
(b) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
(c) Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti diatas)
(d) Gagasan, bayangan pikiran atau impuls tersebut gagasan, bayangan pikiran atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).
 (e) Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran (obsesif) dengan depresi. Penderita gangguan obsesif kompulsif juga menunjukkan gejala depresi dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya.
(f)  Dalam berbagai situasi dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut meningkat atau menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi secara parallel dengan perubahan gejala obsesif, bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu. Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul.

7)      Gangguan Stres Paska Trauma

Kriteria: Posttraumatic Stress Disorder, Menurut DSM-IV-TR:  
A. Orang yang telah terpapar peristiwa traumatis di mana ada kedua berikut:
1. Orang berpengalaman, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu peristiwa atau kejadian yang melibatkan kematian aktual atau terancam atau cedera serius, atau ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang lain
2. Respon seseorang yang terlibat takut intens, tidak berdaya, atau horor. Pada anak-anak, ini dapat dinyatakan bukan oleh perilaku disorganisai atau gelisah.
B. Peristiwa traumatik yang terus-menerus dialaminya secara berulang dalam satu (atau lebih) dari cara berikut:
1. Berulang dan kenangan menyedihkan mengganggu acara, termasuk gambar, pikiran, atau persepsi. Catatan: Pada anak-anak muda, bermain berulang-ulang dapat terjadi di mana tema atau aspek trauma disajikan.
2. Mimpi menyedihkan berulang acara. Catatan: Pada anak-anak, mungkin ada mimpi menakutkan tanpa isi dikenali.
3. Akting atau merasa seolah-olah peristiwa traumatik yang berulang (termasuk rasa mengenang pengalaman, ilusi, halusinasi, dan episode kilas balik disosiatif, termasuk yang terjadi pada kebangkitan atau saat mabuk). Catatan: Pada anak-anak muda, pemeragaan trauma-spesifik mungkin terjadi.
4. Tekanan psikologis yang intens di paparan isyarat internal atau eksternal yang  melambangkan atau menyerupai aspek dari peristiwa traumatik
5. Reaktivitas fisiologis pada paparan isyarat internal atau eksternal yang melambangkan atau menyerupai aspek dari peristiwa traumatik.
C. Terus-menerus menghindar dari rangsangan yang terkait dengan trauma dan mati rasa respon umum (tidak hadir sebelum trauma), seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) dari yang berikut:
1. Upaya untuk menghindari pikiran, perasaan, atau percakapan yang berhubungan dengan trauma
2. Upaya untuk menghindari kegiatan, tempat, atau orang-orang yang membangkitkan ingatan trauma
3.   Ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma
4.   Nyata berkurang bunga atau partisipasi dalam kegiatan yang signifikan
5.   Perasaan detasemen atau keterasingan dari orang lain
6. Kisaran terbatas mempengaruhi (misalnya, dapat memiliki perasaan yang  penuh kasih)
7.  Rasa masa depan yang menyempit (misalnya, tidak berharap untuk memiliki karir, perkawinan, anak-anak, atau jangka hidup yang normal)
D. Gejala persisten peningkatan gairah (tidak hadir sebelum trauma), seperti yang ditunjukkan oleh dua (atau lebih) dari yang berikut:
1)  Kesulitan jatuh atau tidur
2)  Lekas marah atau amarah,
3)  Kesulitan berkonsentrasi,
4)  Hypervigilance,
5)  Respon kaget yang berlebihan
E. Durasi gangguan (gejala pada Kriteria B, C, dan D) lebih dari 1 bulan.
F. Gangguan tersebut menyebabkan distress klinis yang bermakna atau penurunan kemampuan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau penting dari fungsi.
Ciri-ciri:
·         Kemungkinan diagnosa masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi 6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternatif kategori gangguan lainnya.
·         Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatik secara berulang-ulang kembali (flashback).
·         Gangguan otonomil, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat mewarnai diagnosis, tetapi tidak khas.

·         Suatu “sequele” menahun yang terjadi lambat setelah stres yang luar biasa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar